Selasa, 17 Februari 2015

Saat yang pernah pergi datang kembali

Saat telah terhapus separuh cerita yang tercipta antara aku dan dia. Dia, dia yang dulu jadi orang yang indah dimataku, dia yang dulu membuat hari-hariku berbeda, orangnya bisa menjadikan aku merasa lebih berarti dari yang biasanya, dia membuatku melayang lalu menjatuhkanku begitu saja, dia yang indah namun sesaat, dia. Seberapa banyak waktu yang telah kuhabiskan untuknya, bercerita, tertawa, mendengarkan kisahnya, mendengar tawanya, melihat senyum dibibirnya, memegang pundaknya, menatap wajahnya, melihat tingkahnya, dia yang dulu mungkinkah masih sama dengan yang sekarang?
Saat aku kehilangan orang-orang yang kau harapkan akan menjadi lebih dari sekedar teman dihidupku mulai pergi perlahan, satu persatu, hilang dan tak kembali. Aku mengingat seseorang yang dulu begitu aku kenal, walau ,mungkin aku sedikit salah mengenal, orang yang kusebut “dia”. Aku mencoba menghilangkan ego dan rasa gengsiku, dan kucoba memberanikan diri untuk sms dia, kutulis pesan singkat, kuhapus, kutulis lagi,dan kuhapus lagi, hal yang aku lakukan saat rasa ragu masih bergejolak dikepala, namun akhirnya rasa rindu dan nekat tetap mengalahkan segalahnya, sms terkirim.
Belum ada tanda-tanda sms balasan dari dia, dan kau mulai pasrah, mungkin emang ngak penting lagi buat balas sms dariku, hape sudah tidak aku hiraukan lagi, akupun sibuk mengerjakan aktifitasku kembali.
Beberapa saat kemudian hape berdering, aku tahu pasti itu nada sms masuk. Saat kulihat itu sms balasan dari dia, senyum kecil dibibirku. Setelah membalas kembali smsnya perasaanku tiba-tiba tak tentu arah, aku ingin tertawa bahagia, tapi air mata tak bisa aku tahan laju tetesnya, aku mencari kontak Bela, kutelpon Bela dan kuungkapkan apa yang aku rasakan, ketidaknyamananku, kegilaan ini, kebodohan yang tidak penting ini dan bodoh benar-benar saat bodoh aku menangisi dia, aku ceritakan apa yang aku rasakan pada Bela, setelah lega mengungkapkan semuanya aku melanjutkan ceritaku dengan “dia”, semua masih terasa indah, seperti tidak pernah terjadi apa-apa diantara kami, seperti semua yang kami lewati belum pernah ternodai oleh pertengkaran dan selisi paham, indah dan penuh kehangatan.
Malam selanjutnya berjalan seperti setahun yang lalu, kami smsan, membahas hal0hal konyol yang tidak penting tapi cukup membuat kau tertawa dan merasa bahagia, cukup untuk menutupi rasa rinduku, cukup. Sampai suatu malam, ketika itu adalah malam minggu, dan seperti biasanya aku hanya dirumah, bersama game, musik, dan kopi hangat. Kulihat hape ada sms dari dia yang menanyakan apa yang aku lakukan saat malam mingguan ini, aku jawab jujur bahwa aku hanya dirumah, pacaran sama bantal, dan kesalahpahaman terjadi, sengaja atau hanya membuat perbincangan tidak garing, aku tak tahu. Akhirnya dia menakut-nakuti untuk menelphonku, karena dia tidak percaya bahwa aku sedang sendirian dikamar, oke kata-katanya aku sambut baik, silakan telphon.
Obrolan berlanjut ditelphon, yaampun gila, canggung, deg-degan, mau ketawa, bingung mau ngomong apa, malu, dan segala perasaan saat pertama kali kenal dia tiba-tiba terasa kembali. Banyak cerita yang kami bagi, tertawa lepas, saling gangguin, dan semua kelakuan yang konyol terjadi. Malam-malam berikutnya berlanjut, kami lebih sering telphonan, dan berbagi cerita. Semua ceita indah terukir, semua yang dulu hilang seperti datang kembali, hari-hari terasa lebih indah.
Tapi semua yang indah tak selamanya indah, semua tentang dia tak semuanya tawa, terkadang kesedihan juga terukir, aku tahu itu, aku sadar akan hal itu. Karena dia bukan orang baru, dia pemain lama dalam perjalanan ceritaku, jika semua indah tentang dia, mungkin hubungan kami tidak seperti ini, mungkin akan ada cerita yang lebih serius dan penuh warna dihidupku, mungkin, jika semua yang diawalin dengan baik-baik diakhirin dengan baik-baik juga.
Ketakutan dan ketidaknyamanan ini sering terlintas dibenakku, aku takut saat sekarang aku mulai sayang kembali, aku mulai mencari titik kenyamananku bersamanya, aku mulai memiliki rasa takut kehilangan pahalal dia tak pernah jadi milikku, aku mulai membayangkan hal yang terburuk yang mungkin kan terjadi beberapa waktu lagi, aku tau, aku takut karena aku pernah mengalami ini. Kata hati yang selalu ingin bersamanya, tapi dendam juga tak bisa aku pungkiri, aku mengakui dibalik rasa sayang ini rasa dendam juga terasa, walau aku tak punya niat untuk membalas, atau lebih pastinya aku tak punya kemampuan untuk membalas. Aku tak kuasa, aku terlalu lemah, rasa sayang mengalahkan segalahnya.
Sekarang aku hanya berpikir untuk bahagia dengannya, aku tak ingin kebahagian yang sekarang sedang membara tercampur dengan rasa takut dan curiga. Sekarang hanya membayangkan yang baiknya tanpa memikirkan hal buruk yang kan terjadi setelahnya, karena sekarang saat dia masih bersamaku tidak akan kembali lagi saat dia menjadi milik orang lain. Walaupun nanti dia pergi lagi untuk orang lain, setidaknya aku pernah merasakan hal-hal bahagia saat dia belum pergi, saat ini, saat dia masih denganku, walau dia bukan milikku. D

0 komentar:

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Posting Komentar